Sekitar 15 tahun yang
lalu, istilah internet bukanlah kata yang akrab di telinga. Kalau pun ada yang
tahu, mungkin hanya sebatas mendengar dari cerita orang, atau dari membaca
koran. Pada masa itu pengguna internet masih sangat sedikit. Hanya kalangan tertentu
yang tinggal di kota-kota besar yang
bisa mengakses internet.
Apa sih, internet
itu? Menurut Wikipedia, internet (kependekan dari interconnection-networking)
secara harfiah adalah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling
terhubung menggunakan standar sistem global Transmission Control
Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) sebagai protokol pertukaran paket untuk
melayani milyaran pengguna di seluruh dunia. Cara menghubungkan rangkaian
dengan kaidah ini dinamakan internetworking.
Jaringan internet pertama
di dunia dibuat pada tahun 1969, dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat melalui
proyek ARPA yang disebut ARPANET (Advanced Research Project Agency Network),
dengan menggunakan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX. Jaringan
itu pada awalnya hanya digunakan secara khusus untuk kepentingan militer saja.
Baru pada bulan Oktober 1972 ARPANET
diperkenalkan kepada umum, meski pada saat itu penggunaannya masih terbatas di
universitas-universitas di negara tersebut. Di tahun yang sama dibentuk
organisasi bernama INWG (International Network Working Group), yang dibuat
untuk meningkatkan teknologi jaringan komputer. Pembicara pertama dari
organisasi ini adalah Vint Cerf, yang kemudian disebut sebagai Bapak Internet.
Istilah “Internet” sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1982.
Di Indonesia, berdasarkan catatan yang ada, internet pertama
kali digunakan oleh Universitas Indonesia pada 24 Juni 1988. Penggunaan
internet di Indonesia kemudian mulai berkembang luas pada awal tahun ’90-an.
RMS Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu, Firman
Siregar, Adi Indrayanto, dan Onno W. Purbo merupakan beberapa nama-nama
legendaris di awal pembangunan Internet Indonesia di tahun 1992 hingga 1994.
Saat ini internet bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tidak
hanya bagi yang tinggal di kota-kota besar, tapi juga bagi masyarakat yang jauh
dari perkotaan. Internet bahkan sudah merambah sampai ke desa-desa, mengajak
masyarakat mengenal dunia baru, dunia teknologi informasi. Dimana orang dapat
saling berhubungan, berkomunikasi dan berinteraksi, mengakses segala macam
informasi nyaris tanpa batas.
Saya pribadi bersentuhan dengan internet pada tahun 2005,
boleh dibilang agak sedikit terlambat jika dibandingkan dengan teman-teman yang
lain. Saat itu saya menggunakan internet hanya untuk keperluan mengunduh lagu
dan permainan, atau untuk mengakses jejaring sosial seperti facebook dan
aplikasi chatting. Baru pada tahun 2006 saya memanfaatkan internet untuk
keperluan yang lebih luas. Ketika itu saya memerlukan referensi sehubungan
dengan tugas untuk membuat RPP dan Silabus. Maklumlah, sebagai guru yang baru
pertama kali mengajar, saya merasa itu pekerjaan yang tidak mudah. Untunglah
internet sangat membantu menyediakan banyak referensi dan informasi yang saya
butuhkan.
Sebagai tenaga pendidik, guru harus memenuhi berbagai persyaratan kompetensi untuk
menjalankan tugas dan kewajibannya, baik secara kuantitas, kualitas, maupun
profesionalitas. Guru senantiasa dituntut untuk memiliki kapasitas yang memadai
untuk melakukan tugas membimbing, membina, dan mengarahkan peserta didik. Sebab
di mata murid-muridnya, guru selalu dianggap sebagai orang yang paling pintar,
tempat bertanya untuk menjawab segala rasa keingintahuan. Akan sangat memalukan
jika seorang guru tidak mampu memberi
jawaban atas pertanyaan muridnya. Karenanya, guru harus selalu bisa menemukan
jawaban, bagaimanapun caranya. Misalnya, ketika ada murid menanyakan “Bu guru,
siapa yang merancang menara Eiffel?”, karena belum tahu jawabannya, saya berpamitan
pergi ke toilet sebentar. Sekembalinya dari toilet, saya segera menjawab
“perancang menara Eiffel adalah Gustave Eiffel”. Tentu saja itu benar. Saya
menemukan jawaban itu dari internet saat pura-pura pergi ke toilet. Pertanyaan
murid terjawab, dan pengetahuan saya juga bertambah. Dua keuntungan saya dapat.
Sebagai guru saya
merasa perlu untuk terus belajar, menambah ilmu dan wawasan. Adalah hal yang
menggelikan jika guru senantiasa mengingatkan murid-murid agar rajin belajar,
sementara dia sendiri malas. Salah satu cara untuk menambah pengetahuan adalah
dengan banyak membaca, dan internet dapat diibaratkan sebagai sebuah
perpustakaan yang sangat besar. Di internet guru bisa menemukan bahan
pembelajaran atau materi pelajaran, ada banyak informasi terbaru yang bisa
didapat sehubungan dengan ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Guru juga
dapat menggunakan internet sebagai metode pembelajaran agar proses belajar
menjadi lebih menyenangkan. Di samping itu, internet dapat digunakan sebagai
media komunikasi untuk berinteraksi dan berbagi informasi antara guru dengan
murid, atau guru dengan sesama guru. Bagi saya internet dapat dimanfaatkan untuk menunjang tugas guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan.